“Kamu menyangka, "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata Tuhan" (TB: Mal 2:17)
Ilusi didefinisikan sebagai "persepsi yang salah terhadap kenyataan." Para pesulap mengandalkannya untuk mengelabui penonton. Namun, ada beberapa ilusi yang dapat berakibat fatal. Jika saya mengejar fatamorgana yang terlihat seperti air di padang gurun, saya bisa mati kehausan.
Ilusi yang paling berbahaya adalah ilusi rohani. Pada zaman Maleakhi, para pria tidak lagi menganggap serius janji pernikahan dan menceraikan istri mereka tanpa alasan yang adil. Mereka menyangka bahwa, "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata Tuhan; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan" (Mal 2:17). Mereka tidak mengikuti cara pandang Allah.
Kita semua cenderung menipu diri sendiri. Karena terselubung oleh dosa, kita tidak mampu membedakan antara benar dan salah. "Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu, … siapakah yang dapat mengetahuinya?" (Yer 17:9).
Hidup dalam ilusi seperti itu harus diganti dengan hidup dalam kenyataan. Dan hal ini mungkin akan dapat terwujud setelah kita berhasil melewati saat-saat yang sulit. Kesengsaraan dan luka menjadi jalan untuk menyingkirkan kepalsuan hidup kita, sehingga kita dapat mengisi kekosongan hidup kita dengan kebenaran.
Jika kita mengandalkan Roh Allah untuk membantu kita mempelajari dan menaati ajaran-ajaran Alkitab, ilusi akan digantikan oleh kebenaran kasih Allah dan pengampunan dalam Kristus. Hanya kebenaran inilah yang sanggup memuaskan kerinduan hati kita yang terdalam dan menuntun kita pada hasrat untuk menjadi serupa dengan Dia. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar